LAPORAN ELEKTRO ANALOG DIODA BRIDGE
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peralatan elektronika umumnya
menggunakan tegangan DC untuk dapat beroperasi, sedangkan sumber listrik yang
tersedia biasanya berupa tegangan AC. Karena itu tegangan AC itu harus diubah
menjadi tegangan DC. Pengubah tegangan AC menjadi tegangan DC disebut penyearah
(rectifier). Rangkaian penyearah mengandung beberapa dioda. Konfigurasi dioda
tersebut menentukan sifat penyearah sinyal AC, sehingga ada istilah penyearah
setengah gelombang dan penyearah gelombang penuh.
B. Tujuan
Mengetahui bagaimana cara merubah
tegangan bolak-balik (AC) menjadi tegangan searah (DC) yang bisa digunakan
untuk mensuply daya ke beban elektronika, bagaimana bentuk gelombang dari
penyearah gelombang dari penyearah gelombang penuh 4 dioda.
II. TEORI DASAR
Pada dioda bridge, hanya ada 2 dioda
saja yang menghantarkan arus untuk setiap siklus tegangan AC sedangkan 2 dioda
lainnya bersifat sebagai isolator pada saat siklus yang sama. Untuk memahami
cara kerja dioda bridge, perhatikanlah kedua gambar berikut.
Saat siklus positif tegangan AC,
arus mengalir melalui dioda B menuju beban dan kembali melalui dioda C. Pada
saat yang bersamaan pula, dioda A dan D mengalami reverse bias sehingga tidak
ada arus yg mengalir atau kedua dioda tersebut bersifat sebagai isolator.
Sedangkan pada saat siklus negatif
tegangan AC, arus mengalir melalui dioda D menuju beban dan kembali melalui
dioda A. Karena dioda B dan C mengalami reverse bias maka arus tidak dapat
mengalir pada kedua diode ini.
Kedua hal ini terjadi berulang
secara terus menerus hingga didapatkan tegangan beban yang berbentuk gelombang
penuh yang sudah disearahkan (tegangan DC). Grafik sinyal dari penyearah
gelombang penuh dengan jembatan dioda (dioda bridge) ditunjukkan seperti pada
gambar berikut:
Jembatan dioda (dioda bridge)
tersedia dalam bentuk 1 komponen saja atau pun bisa dibuat dengan menggunakan 4
dioda yang sama karakteristiknya. Yang harus diperhatikan adalah besar arus
yang dilewatkan oleh dioda harus lebih besar dari besar arus yang dilewatkan pada
rangkaian.
Seperti
terlihat pada gambar kapasitor mengisi (charges) dengan cepat pada awal siklus
sinyal dan membuang (discharges) dengan lambat setelah melewati puncak positif
(ketika dioda dibias mundur). Variasi pada tegangan keluaran untuk dua kondisi,
mengisi dan membuang, disebut dengan tegangan ripple (ripple voltage).
Semakin kecil ripple, semakin baik penfilteran memperlihatkan penyearah
gelombang penuh lebih mudah melakukan penfilteran. Ketika di filter, penyearah
gelombang penuh mempunyai tegangan ripple lebih kecil disbanding gelombang
setengah untuk resistansi beban dan nilai kapasitor yang sama. Hal ini
disebabkan kapasitor membuang lebih cepat dan interval waktu yang lebih pendek.
Kemiringan kurva b-c tergantung dari
besar arus I yang mengalir ke beban R. Jika arus I = 0 (tidak ada beban) maka
kurva b-c akan membentuk garis horizontal. Namun jika beban arus semakin besar,
kemiringan kurva b-c akan semakin tajam. Tegangan yang keluar akan berbentuk
gigi gergaji dengan tegangan ripple yang besarnya adalah :
Vr = VM
–VL (1)
dan tegangan dc ke beban adalah:
Vdc = VM +
Vr/2
Rangkaian penyearah yang baik adalah
rangkaian yang memiliki tegangan ripple paling kecil. VL adalah tegangan
discharge atau pengosongan kapasitor C, sehingga dapat ditulis :
VL = VM e
–T/RC ………. (3)
Jika persamaan (3) disubsitusi ke
rumus (1), maka diperoleh :
Vr = VM (1
– e –T/RC) …… (4)
Jika T << RC, dapat ditulis :
e –T/RC »
1 – T/RC ….. (5)
sehingga jika ini disubsitusi ke
rumus (4) dapat diperoleh persamaan yang lebih sederhana :
Vr =
VM(T/RC) …. (6)
VM/R tidak lain adalah beban I,
sehingga dengan ini terlihat hubungan antara beban arus I dan nilai kapasitor C
terhadap tegangan ripple Vr. Perhitungan ini efektif untuk mendapatkan nilai
tengangan ripple yang diinginkan.
Vr = I T/C
… (7)
jika arus beban I semakin besar, maka tegangan
ripple akan semakin besar. Sebaliknya jika kapasitansi C semakin besar,
tegangan ripple akan semakin kecil. Untuk penyederhanaan biasanya dianggap
T=Tp, yaitu periode satu gelombang sinus dari jala-jala listrik yang
frekuensinya 50Hz atau 60Hz.
Jika frekuensi jala-jala listrik
50Hz, maka T = Tp = 1/f = 1/50 = 0.02 det. Ini berlaku untuk penyearah setengah
gelombang. Untuk penyearah gelombang penuh, tentu
saja fekuensi gelombangnya dua kali lipat, sehingga T = 1/2 Tp = 0.01 det.
Penyearah gelombang penuh dengan
filter C dapat dibuat dengan menambahkan kapasitor pada rangkaian gambar 2.
Bisa juga dengan menggunakan transformator yang tanpa CT, tetapi dengan
merangkai 4 dioda seperti pada gambar-5 berikut ini.
C = I.T/Vr
= ……. uF.
Untuk kapasitor yang sebesar ini
banyak tersedia tipe elco yang memiliki polaritas dan tegangan kerja maksimum
tertentu. Tegangan kerja kapasitor yang digunakan harus lebih besar dari
tegangan keluaran catu daya. Anda barangkalai sekarang paham mengapa rangkaian
audio yang anda buat mendengung, coba periksa kembali rangkaian penyearah catu
daya yang anda buat, apakah tegangan ripple ini cukup mengganggu. Jika
dipasaran tidak tersedia kapasitor yang demikian besar, tentu bisa dengan
memparalel dua atau tiga buah kapasitor.
III.
METODOLOGI
Alat dan
bahan yang digunakan:
NO
|
NAMA ALAT DAN BAHAN
|
JUMLAH
|
1.
|
RESISTOR 5W 15Ω
|
1
buah
|
2.
|
TRAFO 220/12 VAC 5A
|
1
buah
|
3.
|
DIODA 2A
|
4
buah
|
4.
|
OSILOSKOP
|
1
buah
|
5.
|
KAPASITOR 1000 mikrofarad
|
1
buah
|
6.
|
KABEL NYA 0.5 mm
|
2
buah
|
• Susun rangkaian , tanpa
menghubungkan kapasitor.
• Aktifkan rangkaian, lalu amati dan
gambar bentuk gelombang VOUT. (Coupling DC)
•Tambahkan kapasitor C 1000 µF
seperti pada gambar. Perhatikan kaki + dan – kapasitornya.
• Lalu amati kembali dan gambar
bentuk gelombang VOUT.
LANGKAH KERJA
1.
Siapkan
alat dan bahan yang akan digunaka
2.
Rangkai
trafo, diode, resistor sesuai dengan gambar rangkaian
3.
Jika
rangkaian sudah jadi, siapkan osiloskop
4.
Nyalakan
osiloskop
5.
Pasang
probe pertama untuk pada chanel 1 yang ada pada osiloskop untuk mengetahui arus
dan tegangan DC dan pasang probe kedua pada chanel 2 untuk mengetahui arus dan
tegangan AC
6.
Sambung
kabel netral pada netral yng ada pada rangkaian dengan netral pada osiloskop
7.
Atur
time/div dan volt/div osiloskop untuk mempermudah pengamatan
8.
Jika
gambar gelombang sudah muncul pada layar, baca, amati dan gambar gelombang
tersebut
TABEL
HASIL PERCOBAAN
|
|||
no
|
Test
point
|
Hasil
analisis
|
Hasil
percobaan
|
1.
|
A – B
|
Vpuncak = 311,13 v
Vavg = 197,9 v
|
Vrms = 225 Vac
|
2.
|
C – D
|
Vpuncak = 16,97 v
Vavg = 8,10 v
|
Vrms = 12 Vac
Tegangan terlihat di osiloskop 12,5
Frekuensi 50 Hz
|
3.
|
E - F
|
Vpuncak = 16,97 v
Vpuncak diode = 15,57
Vrms diode = 11,4 v
Vavg = 9,91 v
|
Vrms = 10 Vdc
Tegangan puncak 17 Vdc
Skala =2ms/div
Lebar 10 div
|
4.
|
Kapasitor
|
Kapasitor yang digunakan 1000 mikrofarad
Vripple 1.5 v
|
Tegangan ripple = 1,5 volt dengan kapasitor 1000 mikro
farad
|
Vpp = Tinggi sinyal x V/div
= 3.4 x
5
= 17 v
T = skala x lebar
= 2 X 10
= 20ms
f =
=
= 50 Hz
Vpp = Tinggi sinyal x V/div
= 3.4 x
5
= 17 V
f = 0
T = Lebar sinyal x skala
= 10 x 2
= 20
ms /div
Ripple = Vmax – Vmin
= 15,57 – 14.07
= 1.5 V
PENENTUAN BESAR BEBAN MENGGUNAKAN
RESISTOR 5 WATT
P = X R
I =
Analisis:
Terdapat perbedaan antara percobaan
Full Wave Rectifier tanpa kapasitor dan yang menggunakan kapasitor. Pada
percobaan pertama Vpp yang ditunjukkan pada VOUT Vpp sebesar 17 V, frekuensi
sebesar 50 Hz dan ketika diberi kapasitor VOUT Vpp yang ditunjukkan sebesar 75
V, frekuensi sebesar 0 Hz, dan ripple sebesar 1.5 V. Besar frekuensi dapat dihitung
menggunakan rumus apabila terbentuk gelombang, sedangkan jika tidak ada
gelombang maka frekuensi dinyatakan hasilnya adalah 0.
No comments:
Post a Comment